Mindartexercise

Karinka Ngabito

Halo, saya Karinka! Saya adalah seorang grief advocate dan fasilitator terapi seni ekspresif bersertifikat dari PCCP Asia. Seni ekspresif menjadi alat terapeutik bagi saya untuk mengatasi dan mengelola kesedihan mendalam setelah kehilangan orang-orang tercinta.

YUK BERKENALAN LEBIH DEKAT

Pengalaman hidup sebagai ibu tunggal dari satu putri membuat saya ingin berbagi mengenai proses kreatif. Proses kreatiflah yang banyak membantu diri sendiri dan putri saya dalam mengarungi perjalanan duka.  Suami saya meninggal di tahun 2016, disusul dengan ibu (2017) dan bapak mertua (2018).  Sejak kematian suami dan ibu dalam kurun waktu berdekatan, saya kehilangan dua supporter terbesar dalam hidup saya. Rasanya sudah pasti hancur dan hampa.

Semenjak itu, saya sempat lupa perasaan bahagia itu seperti apa. Sekitar tujuh bulan setelah suami tiada, saya menemukan semangat untuk ikut kelas art yang dulu tidak sempat saya ikuti.  Dan, untuk pertama kalinya saya merasakan rasa bahagia lagi! Saya kembali ingat bagaimana rasa bahagia itu.

Ketika menuangkan segala emosi ke sebuah kanvas, tiba-tiba rasa bahagia itu muncul lagi. Selagi mengerjakan karya tersebut, untuk pertama kalinya saya merasa ada beban berat yang lepas. Perasaan lega dan senang hadir seperti saat almarhum masih ada. Saya merasa diingatkan kalau almarhum suami tetap hadir memberi support. Ikatan emosional itu kembali terjalin.

Salah satu proses kreatif lainnya yang saya lakukan dalam membantu proses pemulihan adalah mengikuti kelas terapi menulis. Dari kegiatan ini, saya melahirkan beberapa buah buku antologi dan sebuah buku solo memoir pertama berjudul “Pesan Cinta”.  Buku memoir ini bercerita tentang keluarga kecil kami dan bagaimana kami berproses, sebagai kenang-kenangan abadi untuk saya dan putri saya.   Lagi-lagi saya merasakan sebuah beban berat lepas dari diri saya. Saat menulis rasanya memang seperti naik rollercoaster, semua emosi naik turun, tetapi saya berusaha tetap menghadapinya karena motivasi saya ingin merayakan kenangan indah lewat sebuah buku.

Sejak kecil, dunia saya tidak jauh dari kreativitas tetapi saya belum menyadari kekuatan proses kreatifnya. Saya menemukan cara yang menenangkan sekaligus menyenangkan untuk merangkul rasa duka tersebut lewat media seni. Bagi saya, seni menjadi alat terapeutik untuk mengelola rasa duka mendalam agar bisa terus tumbuh ke depan. Cara ini pula yang saya lakukan dalam menemani putri saya yang juga berduka kehilangan ayahnya saat ia masih berusia empat tahun. Kami menggunakan media seni sebagai alat terapeutik untuk mengelola rasa kehilangan yang mendalam hingga sekarang.

Perjalanan duka pribadi dan pengalaman sebagai pekerja kreatif selama lebih dari tujuh belas tahun membawa saya kini fokus sebagai therapeutic expressive arts facilitator dan mendirikan Merakit Diri, salah satu grief center pertama di Indonesia.  Untuk mendukung pekerjaan saya, saya pun mulai serius dengan mengambil pelatihan sertifikasi expressive arts therapy facilitation dan juga melanjutkan kuliah magister di bidang psikologi.

Bersama beberapa rekan praktisi kesehatan mental di Merakit Diri, kami memberikan edukasi dan layanan konsultasi kesehatan mental bagi individu yang ingin menjalankan kehidupan secara sehat, positif dan kreatif, terutama bagi mereka yang mengalami kedukaan dan kehilangan. Selain itu, saya juga aktif sebagai relawan dari Yayasan Ibu Tunggal Indonesia atau lebih sering dikenal dengan komunitas Single Moms Indonesia agar saya bisa menjadi ibu tunggal yang lebih berdaya untuk diri sendiri, anak saya dan tentunya sesama ibu tunggal lainnya. Bersama teman-teman sesama relawan, kami ingin turut membantu para ibu tunggal di Indonesia untuk lebih berdaya untuk membangun keluarga bahagia dan percaya diri.

Mind Art Exercise adalah program yang saya buat untuk turut mempromosikan pentingnya menjaga kesehatan emosional lewat seni terapeutik dan kreativitas. Saya merasakan sendiri begitu besarnya manfaat seni dan kreativitas bagi kesehatan mental saya, khususnya dalam perjalanan self-healing dan merangkul duka.  Art is healing. Indeed.  Tentu saja tidak harus menggunakan media seni untuk memproses rasa duka, tetapi kebetulan saja dunia saya memang seputar seni dan kreativitas. Apa pun yang kita senangi bisa menjadi salah satu cara untuk memahami dan mengelola rasa duka kita, karena menyalurkan emosi duka yang rumit ke hal positif itu memang menjadi bagian penting dalam berproses.

Let’s work with me to create your own safe space through Mind Art Exercise.

Klik di sini untuk melihat program Mind Art Exercise.

Note:
Grief Advocate adalah seseorang yang aktif mendukung dan mempromosikan cara-cara untuk mengatasi berduka atau kehilangan

Pengalaman akademik dan profesional

Pendidikan dan Sertifikasi

Magister Psikologi, Jurusan Psikologi Sosial Kesehatan -Unika Atma Jaya, Indonesia

Professional Training Certified Expressive Arts Therapy Facilitator - PCCP Asia

Art Therapy Workshop - Vajra Cipta Nirvana

Spesialisasi:
Psikoedukasi duka, pemberdayaan diri keluarga ibu tunggal, remaja, dewasa muda dan lansia.

Kegiatan Profesional

Scroll to Top